BAB II LANDASAN TEORITIS A. Hyougen Dalam setiap bahasa
by user
Comments
Transcript
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Hyougen Dalam setiap bahasa
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Hyougen Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, terdapat ungkapan yang seringkali dipergunakan ketika berkomunikasi. Ungkapan yang dipergunakan menunjukkan berbagai maksud atau keinginan pembicara kepada lawan bicara. Dalam bahasa Jepang, ungkapan disebut dengan hyougen. Menurut Kindaichi (1995 : 1842) dalam Nihongo Dai Jiten, pengertian hyougen adalah ungkapan pikiran dan perasaan dalam bentuk penyampaian melalui wajah, isyarat tubuh, bahasa gambar, musik atau dengan hal-hal yang memang dapat mengungkapkan pikiran/perasaan tersebut. Pengertian tersebut hampir senada dengan pengertian hyougen menurut Hidetoshi (2001 : 1982) dalam Sanseido Kokugo Jiten, yaitu ungkapan yang menyatakan hal yang ingin ditunjukan oleh diri sendiri berdasarkan gerak tubuh, gambar, musik dan kata. Dari kedua pengertian hyougen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hyougen adalah pikiran dan perasaan pembicara yang diungkapkan melalui berbagai bentuk seperti suara, bahasa, isyarat tubuh, tindakan dan lain sebagainya. 10 B. Jenis-Jenis Hyougen Menurut Yoshio Ogawa (1995 : 193-214) dalam Nihongo Kyouiku Jiten, hyougen dibagi ke dalam 35 jenis berdasarkan fungsinya, yaitu : 1. Yobikake-Outou no Hyougen a. Yobikake no Hyougen Yobikake no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan oleh pembicara pada waktu menyampaikan sesuatu untuk mendapatkan perhatian lawan bicara. Digunakan untuk menyebutkan nama lawan bicara (6) 田中さん、アリくん、ナニちゃん Tanaka san, Ari kun, Nani chan (Sdr. Tanaka, Sdr. Ari, Sdr. Nani) Digunakan dalam persalaman (7) おはようございます、こんにちは、いらっしゃいませ Ohayou gozaimasu, konniciwa, irasshaimase (Selamat pagi, Selamat siang, Selamat datang) Digunakan pada kandoushi (kata-kata yang mengungkapkan perasaan) (8) あのう、ちょっと、おい Anoo, Chotto, Oi (eh, sebentar, hei) b. Outou no Hyougen Outou no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan pada saat menjawab pertanyaan atau respon terhadap suatu hal yang dijadikan topik pembicaraan oleh lawan bicara. 11 (9) わかった、そうです Wakatta, soudesu (Mengerti, iya) 2. Handan Jojutsu no Hyougen Handan Joujutsu no Hyougen adalah ungkapan yang menunjukkan deskripsi dan pertimbangan pembicara mengenai suatu hal. (10) 桜は国花だ。 Sakura wa kokka da. (Sakura adalah bunga nasional.) 3. Heijo no Hyougen Heijo no Hyougen adalah ungkapan yang tidak menujukkan suatu perintah atau pertanyaan, melainkan terbentuk dari kalimat penegasan dan kalimat negatif. Pada akhir kalimat biasanya digunakan bentuk dasar dari joudoshi ataupun taigen. (11) あの人は外国人ではありません Ano hito wa gaikokujin dewa arimasen. (Orang itu bukan orang asing.) 4. Gimon no Hyougen Gimon no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk menanyakan sesuatu kepada seseorang. (12) あなたはよく散歩に行きますか。 Anata wa yoku shanpo ni ikimasuka. (Apakah anda sering pergi jalan-jalan?) 5. Sentaku Youkyuu no Hyougen Sentaku Youkyuu no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk meminta lawan bicara agar memilih salah satu diantara dua pilihan apakah A atau B, sehingga lawan bicara tidak memungkinkan untuk menjawab 12 “hai” atau “iie”. Untuk menyambungkan kedua belah kalimat tersebut biasanya digunakan (soretomo, aruiwa, matawa dan sebagainya). (13) ネクタイはこれかそれかどちがいいだろう。 Nekutai wa koreka soreka dochiga ii darou. (Dasinya bagus yang ini atau yang itu?) 6. Setsumei Youkyuu no Hyougen Setsumei Youkyuu no Hyougen adalah ungkapan yang menuntut penjelasan dari lawan bicara tentang waktu, tempat, orang dan lain-lain dengan menggunakan pertanyaan yang tercakup dalam gimonshi. (14) 東京はどんな町ですか。 Toukyou wa donna machi desuka. (Toukyou itu kota yang bagaimana?) 7. Hantei Youkyuu no Hyougen Hantei Youkyuu no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan kalimat pertanyaan yang membutuhkan jawaban (hai) atau (iie). (15) あなたの国で雪が降りますか。 Anata no kuni wa yuki ga furimasuka. (Apaka di negeri anda turun salju?) 8. Eitan no Hyougen Eitan no Hyougen disebut juga dengan kandou hyougen (termasuk yobikake dan outou hyougen di dalamnya), tetapi ungkapan ini lebih mengacu kepada perasaan lawan bicara. a. Menggunakan kandoushi (16) ああ、あら、そう aa, ara, souka. (ah, lho, begitu ya) 13 b. Menggunakan joushi (17) の、か no, ka 9. Meirei no Hyougen Meirei no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan perintah dari pembicara kepada lawan bicara. (18) うるさい。すこし静かしなさい。 Urusai. Sukoshi sizuka shinasai. (Berisik. Tenanglah sedikit.) 10. Kinshi no Hyougen Kinshi no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk memerintahkan lawan bicara agar tidak melakukan sesuatu. (19) ここではタバコを吸わないでくれ。 Koko dewa tabako o suwanaidekure. (Jangan merokok di sini.) 11. Irai no Hyougen Irai no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan permohonan pembicara kepada lawan bicara. (20) 伸子さん、ちょっとここへ来てちょうだい。 Nobuko san, chotto koko e kite choudai. (Nobuko, tolong ke sini sebentar.) 12. Kyouyou no Hyougen Kyouyou no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk memberikan kebebasan kepada seseorang dalam melakukan suatu tindakan/kegiatan. (21) そこに書いてもいい。 Soko ni kaite mo ii. (Menulis di sana juga boleh.) 14 13. Kanyuu no Hyougen Kanyuu no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan ketika pembicara memberikan dorongan atau nasihat/masukan tentang suatu hal kepada lawan bicara. (22) 一枚はどうですか。 Ichimai wa doudesuka. (Bagaimana kalau satu lembar?) 14. Keiken no Hyougen Keiken no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan pengalaman yang telah dilalui. (23) ああ、その本なら子供の頃読んだことがあります。 Aa, sono hon nara kodomo no koro yonda koto ga arimasu. (Ah, kalau buku itu sudah pernah baca sewaktu masih kecil.) 15. Aisatsu no Hyougen Aisatsu no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk mengungkapkan rasa hormat, basa-basi atau sapaan yang saling berbalasan dalam kehidupan sehari-hari. (24) もしもし、いただきます、さようなら moshimoshi, itadakimasu, sayounara (halo, saya terima, selamat tinggal) 16. Shukui no Hyougen Shukui no Hyougen adalah ungkapan yang sudah biasa digunakan oleh pembicara dan tidak terlepas dari bahasa persalaman. (25) 新年明けましておめでとうございます。 Shinnen akemashite omedetou gozaimasu. (Selamat tahun baru.) 15 17. Jihatsu no Hyougen Jihatsu no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan tidak adanya hubungan antara aktivitas manusia dengan maksud dari pembicara atau hyougen yang mengungkapkan arti dari suatu tindakan yang berlawanan dengan maksud. (26) 今度の休みが待たれます。 Kondo yasumi ga mataremasu. (Menunggu liburan yang akan datang.) 18. Kanou no Hyougen Kanou no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan pada waktu menunjukkan arti bisa melakukan. (27) この動物園では,子供は無料でイルカのショーが見られる。 Kono doubutsuen dewa, kodomo wa murio de iruka no shoo ga mirareru. (Di kebun binatang ini, anak-anak bisa menonton pertunjukan lumba-lumba dengan gratis.) 19. Shieki-Hieki no Hyougen a. Shieki no Hyougen Shieki no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan pada saat menyuruh seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu. (28) 母は子供に御飯を食べさせました。 Haha wa kodomo ni gohan o tabesasemashita. (Ibu menyuruh makan nasi pada anak.) b. Hieki no Hyougen Hieki no Hyougen adalah ungkapan yang mempunyai arti bahwa seseorang diharuskan melakukan pekerjaan orang lain. 16 (29) この雨の中を来させられた。 Kono ame no naka o kosaserareta. (Disuruh datang ditengah hujan seperti ini.) 20. Kibou no Hyougen Kibou no Hyougen adala ungkapan yang mengungkapkan harapan/keinginan pembicara kepada orang lain. (30) ああ、暑い。なにか冷たいものが飲みたい。 Aa, atsui. Nanika tsumetai mono ga nomitai. (Duh, panasnya. Ingin minum sesuatu yang dingin.) 21. Ukemi no Hyougen Ukemi no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan bahwa pembicara mendapatkan suatu perlakuan dari orang lain. (31) 女性は犯人に殺されました。 Josei wa hannin ni korosaremashita. (Wanita dibunuh oleh penjahat.) 22. Shitei no Hyougen Shitei no Hyougen adalah ungkapan yang menunjukkan tentang suatu hal, biasanya setelah subjek diikuti oleh partikel “wa” dan diakhiri “desu”. (32) 彼は歌手です。 Kare wa kashu desu. (Ia adalah seorang penyanyi.) 23. Suiryou no Hyougen Suiryou no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan perkiraan hal yang masih belum pasti atau berupa angan-angan. (33) 北海道では、今もう寒いだろう。 Hokkaidou dewa, ima mou samui darou. (Mungkin sekarang sudah dingin di Hokkaidou.) 17 24. Ishi no Hyougen Ishi no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan kemauan pembicara untuk melakukan aktivitas baik itu direalisasikan ataupun tidak. (34) この映画を見ようと思います。 Kono eiga wo miyou to omoimasu. (Saya bermaksud nonton film ini.) 25. Denbun no Hyougen Denbun no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan bahwa pembicara mendengar suatu peristiwa dari orang lain atau membacanya dari surat kabar. (35) 新聞によると今年は交通事故の死者が激増しているそう。 Shinbun ni yoru to kotoshi wa koutsuu jiko no sisha ga gekizou site iru souda. (Menurut koran korban meninggal dalam kecelakaan lalu lintas tahun ini meningkat drastis.) 26. Gimu-Touzen-Hitsuyou no Hyougen Gimu-Touzen-Hitsuyou no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan bahwa kejadian itu harus, wajib dan perlu dilakukan. (36) 教師は、生徒に対して公平でなければならない。 Kyoushi wa, seito ni taishite kouhei denakereba naranai. (Pengajar, harus berlaku adil terhadap siswanya.) 27. Hitei no Hyougen Hitei no Hyougen adalah ungkapan yang berupa penyangkalan (ada kalanya berupa kebalikan) atau pernyataan negatif. (37) 何も食べなかった。 Nani mo tabenakatta. (Belum makan apapun) 18 28. Nijuu Hitei no Hyougen Nijuu Hitei no Hyougen adalah ungkapan yang menggunakan penolakan rangkap. Berbeda dengan penolakan biasa, ungkapan ini bisa menjadi ungkapan yang kuat dan tersamar/eufimisme. (38) 僕にとって、叶えられない夢がない。 Boku ni totte, kanaerarenai yume ga nai. (Bagi saya, tidak ada mimpi yang tidak bisa diwujudkan.) 29. Hango no Hyougen Hango no Hyougen adalah ungkapan yang diungkapkan dengan cara menguatkan suatu akibat dengan menggunakan kalimat pertanyaan. Meskipun dalam bentuk penegasan, tetapi menunjukkan makna penyangkalan dan meskipun dalam bentuk negatif, tetapi menunjukkan makna penegasan. (39) 寒いじゃありませんか。 Samui ja arimasenka. (Apakah tidak dingin.) 30. Hikyou no Hyougen Hikyou no hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan suatu hal dengan mengibaratkannya dengan hal lain. (40) 彼女の心は氷のように冷たい。 Kanojo no kokoro wa koori no youni tsumetai. (Hati wanita itu sedingin es.) 31. Hiyuu no Hyougen Hiyuu no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan suatu benda sebagai pengandaian untuk memperkuat kesan atau untuk menjelaskan suatu hal agar lebih mudah dipahami. 19 (41) 頂上からの景色は輝くばかりの美しさだった。 Choujou kara no keshiki wa kagayaku bakari no utsukushisadatta. (Pemandangan dari puncak indahnya seperti berkilauan.) 32. Jukyuu no Hyougen Jukyuu no Hyougen adalah ungkapan yang mengungkapkan tentang pemberian/penerimaan suatu hal. (42) このゲームは君に上げる。 Kono geemu wa kimi ni ageru. (Game ini diberikan kepadamu.) 33. Hikaku no Hyougen Hikaku no Hyougen adalah ungkapan yang menggambarkan perbandingan tingkatan dari suatu benda sebagai standar bagi benda yang lain. (43) インドネシアは日本より広いです。 Indoneshia wa nihon yori hiroi desu. (Indonesia lebih luas daripada Jepang.) 34. Setsuzoku no Hyougen Setsuzoku no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk menyambung kata dengan kata, kalimat dengan kalimat. (44) 影と光。 Kage to hikari. (Bayangan dan cahaya) 35. Enkyoku no Hyougen Enkyoku no Hyougen adalah ungkapan yang digunakan untuk menghindari pengungkapan secara langsung dan mengungkapkannya secara tidak langsung. (45) そんなに頭が痛いんだったら医者に行ったほうがいいよ。 Sonna ni atama ga itaindattara isha ni itta houga ii yo. (Kalau sakit kepala seperti itu lebih baik pergi ke dokter.) 20 Seperti yang telah dipaparkan di atas, hyougen atau ungkapan yang digunakan dalam percakapan dan komunikasi sehari-hari sangat banyak dan terdiri dari berbagai macam fungsi. Hal tersebut tentu saja untuk menunjukkan berbagai macam pikiran dan perasaan pembicara terhadap lawan bicara. Dalam penelitian ini, ungkapan yang akan diteliti lebih dalam adalah meirei dan kinshi no hyougen yang menunjukkan perintah dan larangan. Agar penelitian lebih terarah dan spesifik, meirei dan kinshi no hyougen yang diteliti adalah yang terdapat dalam drama My Boss My Hero. C. Penelitian Terdahulu Tentang Meirei dan Kinsi no Hyougen Meirei dan Kinshi no Hyougen telah dibahas dalam berbagai buku. Salah satunya dalam buku Shin Nihongo no Kiso II (1994 : 26-27), yang menerangkan kalimat perintah dan larangan sebagai berikut : Golongan I II III Golongan I II III Tabel 2.1 Bentuk perintah Bentuk Kamus Kaku hanasu matsu yasumu tsukau Taberu Miru Suru Kuru Bentuk Perintah kake hanase mate yasume tsukae tabero miro shiro koi Tabel 2.2 Bentuk larangan Bentuk Kamus Sawaru Ireru suru kuru Bentuk Larangan sawaru na ireru na suru na kuru na 21 Perintah dan larangan yang dibentuk dengan cara seperti tabel di atas umumnya digunakan oleh laki-laki dan berkonotasi keras/kasar. Kedua bentuk ini biasanya digunakan dalam kondisi sebagai berikut : 1. Seorang laki-laki kepada orang yang lebih rendah kedudukannya atau lebih muda umurnya ataupun pada waktu seorang ayah menyampaikan tugas kepada anaknya atau menegurnya. (46) 明日までにレポートをまとめろ。 Ashita made ni repooto o matomero. (Selesaikan laporan sampai dengan besok.) (47) もっと勉強しろ。 Motto benkyou shiro. (Belajarlah lebih keras.) 2. Diantara sesama teman (laki-laki). Dalam hal ini ada kalanya pada akhir kalimat dibubuhi dengan K.Bantu “yo”. (48) 明日うちへ来いよ。 Ashita uchi e koi yo. (Datanglah besok ke rumah.) (49) あまり飲むなよ。 Amari nomu na yo. (Jangan terlalu banyak minum, ya.) 3. Ketika memerintah atau dalam keadaan darurat di tempat-tempat kerja seperti misalnya di pabrik. Perintah diberikan berkonotasi cukup kasar karena tidak sempat untuk memikirkan penggunaan kata-kata yang tepat atau lebih halus. Dalam hal ini perintah diucapkan oleh seseorang (lakilaki) yang kedudukan atau usianya lebih tinggi. (50) スイッチを切れ。 Suitchi o kire. (Matikanlah switch-nya.) 22 (51) 物を落とすな。 Mono o otosu na. (Jangan jatuhkan barang-barang.) 4. Ketika memberi semangat sewaktu menonton pertandingan olahraga. (Dalam hal ini kadang-kadang dipakai pula oleh wanita.) (52) 頑張れ。 Ganbare. (Berusahalah!) (53) 走れ。 Hashire. (Larilah!) 5. Pada tanda-tanda lalulintas atau plakat yang mengharapkan efek yang kuat, atau menekankan kejelasan. (54) 止まれ。 Tomare. (Berhenti!) (55) 入るな。 Hairu na. (Jangan masuk!) Yoshio Ogawa (1995 : 209-210) dalam Nihongo Kyouiku Jiten, menjelaskan juga meirei dan kinshi no hyougen dengan beberapa pola kalimat pembentuknya. A. Meirei no Hyougen 1. Menggunakan kata kerja dan kata bantu bentuk perintah. Penggunaan kata kerja yang sederajat, perubahan kata kerja dan bentuk “yo” dari kata kerja bentuk perintah biasanya digunakan sebagai bahasa tulisan. 23 (56) 早く行けよ。 Hayaku ikeyo. (Cepat pergi.) (57) これを見ろ(見よ)。 Kore o miro (miyo). Lihatlah ini. (58) こちへ来い。 Kochi e koi. Datanglah ke sini. Karena bentuk perintah sama sekali tidak mengandung kesopanan, kecuali dalam keadaan khusus, penggunaan dalam contoh berikut adalah merupakan hal yang biasa. a. Digunakan oleh seorang (laki-laki) yang merupakan orang yang memiliki hubungan akrab atau terhadap bawahan. Dalam keadaan ini banyak penempatan kata bantu “yo” di akhir kalimat dengan nada yang menurun. Bagi perempuan “irasshai” adalah kata kerja perintah bentuk sopan yang khusus dan sederajat, di samping itu yang lainnya tidak dapat digunakan. (59) 早くしろ(よ)。 Hayaku shiro (yo). (Cepatlah.) (60) 来い(よ)。 Koi (yo). (Datanglah.) b. Ketika memberikan perintah. (61) 進め! Susume! (Majulah!) 24 (62) 右向け右! Migi muke migi! (Menghadap kanan, kanan!) c. Digunakan dalam kalimat soal ujian dan lain-lain. (63) 反対語を書け。 Hantai go o kake. (Tulislah antonimnya.) (64) 助詞を入れよ。 Joshi o ireyo. (Masukkanlah kata bantu.) d. Dikutip dalam suatu kalimat. Dalam keadaan ini nada menurun karena menjadi perintah tidak langsung. (65) いつも父にもっと勉強しろと言われました。 Itsumo chichi ni motto benkyoushiro to iwaremashita. (Ayah selalu berkata agar belajarlah lebih keras.) 2. Menambahkan “~nasai” dalam kata kerja dan kata kerja bantu. Ini merupakan cara bicara yang lebih sopan dalam menggunakan bentuk perintah. Kesopanannya bertambah apabila di depan kata kerja ditambah “o”. Namun, hal tersebut tidak dapat digunakan terhadap atasan. (66) 立ちなさい。 Tachinasai. (Berdirilah.) (67) お待ちなさい。 Omacinasai. (Tunggulah.) Kemudian, pola “o~nasai” tidak digunakan untuk kata kerja berikut : iku, kuru, iru ”irasshai, oidenasai”, suru ”nasai”, iu 25 ”osshai”, kureru ”kudasai”, miru ”gorannasai”, neru ”oyasuminasai”, taberu, nomu ”oagarinasai”. Umumnya bentuk perintah pola “o~nasai” bersama “mase”, bisa digunakan terhadap atasan. Kemudian, penggunaan “~nasai” yang diambil dari “o~nasai” terhadap bawahan, merupakan cara bicara yang kasar. (68) お待ち。 Omachi. (Tunggulah) (69) もうおやすみ。 Mou oyasumi. (Istirahatlah.) 3. Pola “o~kudasai” merupakan cara bicara yang menunjukkan rasa hormat yang lebih sopan dari ungkapan nomor 1 dan 2 di atas. “o~kudasaimase” merupakan pola yang lebih sopan lagi. (70) おかけください。 Okakekudasai. (Silahkan duduk.) (71) どうぞお入りくださいませ。 Douzo ohairikudasaimase. (Silakan masuk.) Namun pola ini tidak dapat digunakan dalam semua kata kerja. kata kerja seperti “suru, iu” tidak dapat menggunakan pola “o~kudasai(mase)”. Kemudian, ada pola “o~asobase” yang merupakan ungkapan yang paling sopan dan biasanya digunakan oleh perempuan. 26 (72) おかけあそばせ。 Okakeasobase. (Letakkanlah.) “o” dari pola “o~kudasai” dan “o~nasai” dalam pembahasan nomor 2 dan 3 di atas, berubah menjadi “go” untuk kata serapan yang berasal dari bahasa cina. Hal tersebut merupakan hal yang biasa. (73) 御安心ください Go anshin kudasai. (Tenanglah.) 4. Penambahan “koto, youni” dalam kata kerja dan kata bantu kerja. Digunakan ketika seorang guru memberi peringatan kepada muridnya. (74) 8 時に集まること。 8 ji ni atsumaru koto. (Berkumpullah pada jam 8.) (75) レポートは月末までに出すように。 Repooto wa getsumatsu ni dasu youni. (Kumpulkanlah laporan sampai akhir bulan.) 5. Cara bicara yang menambahkan “tamae” dalam kata kerja dan kata bantu kerja. Biasanya digunakan pada saat seorang senior (laki-laki) memberikan perintah kepada juniornya. (76) 暇なとき寄りたまえ。 Himana toki yori tamae. (Datanglah saat waktu luang.) 6. Menggunakan “meizu, meizuru”. Digunakan ketika organisasi masyarakat seperti perusahaan dan pemerintahan memberikan perintah secara individual melalui dokumen. 27 (77) 講師を命ずる。 Koushi o meizuru. (Memerintahkan pengajar.) 7. Kalimat deskriptif bisa menjadi kalimat perintah dengan sendirinya. Banyak digunakan dalam keadaan menginstruksikan prosedur. (78) 手を上に伸ばす。そのまま上体を左に倒す。 Te o ue ni nobasu. Sonomama joutai o hidari ni taosu. (Rentangkan tangan ke atas. Jatuhkan tubuh bagian atas ke kiri begitu saja.) Lalu ada juga yang menggunakan bentuk “te” seperti dalam (79) さあ、黒板のほう向いて。 Saa, kokuban no hou muite. (Menghadaplah ke arah papan tulis.) 8. Agar ungkapan perintah terkesan lebih kuat secara langsung pada lawan bicara, banyak menggunakan pola “~te kudasai, ~tekure, o~negaimasu” dari irai hyougen yang juga berarti meirei. (80) チンさん、読んでください。 Chinsan, Yondekudasai. (Chin, bacalah) (81) 待ってくれ。 Mattekure. (Tunggulah.) (82) お名前をお書き願います。 Onamae o okakinegaimasu. (Tulislah namamu.) B. Kinshi no Hyougen 1. Kata bantu “na” diletakkan diakhir kata kerja, bentuk pasif, bentuk sopan dan kata bantu kerja kausatif untuk menunjukkan kalimat 28 larangan. Meskipun bisa digunakan dalam kalimat kutipan, dalam hal tersebut nada bicara melunak karena menjadi tidak langsung. (83) 来るな。 Kuruna. (Jangan datang.) (84) 子供に一人に行かせるなよ。 Kodomo ni hitori ni ikaserunayo. (Jangan membiarkan anak-anak pergi sendirian.) (85) 荷物はあまり持つなと言われた。 Nimotsu wa amari motsuna to iwareta. (Katanya jangan membawa terlalu banyak barang bawaan.) Untuk cara bicara yang sopan menggunakan pola “~nasaruna, nasaimasuna, o (go)~kudasaruna, o (go)~kudasaimasuna” (86) あちらへはあまりおいでなさいますな。 Achira e wa amari oidenasaimasuna. (Jangan meletakkan terlalu banyak di sana.) (87) 御心配くださいますな。 Goshinpaikudasaimasuna. (Jangan khawatir.) 2. “~te wa ikenai, ~te wa naranai (nu)” diletakkan dalam kata kerja, bentuk pasif, dan kata kerja bantu kausatif yang mengandung arti tidak mengizinkan. (88) ああいう人と付き合ってはいけません。 Aa iu hito to tsuki ate wa ikemasen. (Jangan berkenalan dengan orang itu.) (89) 危険な場所に近づいてはならない。 Kikenna basho ni chikadzuite wa naranai. (Jangan mendekati tempat yang berbahaya.) 29 (90) 二度とあんなまねをさせてはならぬ。 Nido to anna mane o sasete wa naranu. (Tidak perlu meniru lagi seperti itu.) Ada juga pola “koto wa ikenai, koto wa naranai”, kemudian dalam bahasa lisan ada juga penggunaan “~te wa dame (da)”. (91) そんなに食べちゃだめ。 Sonna ni tabecha dame. (Jangan makan seperti itu.) 3. Ungkapan larangan yang digunakan untuk peringatan adalah sebagai berikut : (92) 係員以外入るべからず。 Kakari in igai hairubekarazu. (Selain petugas dilarang masuk.) (93) 面会を禁ず。 Menkai o kinzu. (Dilarang mewawancara.) (94) 通行禁止 Tsuukou kinshi. (Dilarang lewat.) (95) 禁煙 Kin en. (Dilarang merokok.) 4. Selain itu, ada juga cara bicara berikut. (96) 窓を開けないように。 Mado o akenaiyouni. (Jangan membuka jendela.) (97) 笑わないで。 Warawanaide. (Jangan tertawa.) 5. Kalimat negatif biasa dapat digunakan sebagai ungkapan larangan dengan begitu saja. 30 (98) 泣くんじゃない。 Nakunjanai. (Jangan menangis.) Kemudian, Yuriko Sagawa dalam Nihongo no Bunkei Jiten (1998:685&692), memaparkan pola-pola kalimat pembentuk meirei dan kinshi no hyougen. Pola kalimat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pola Kalimat pembentuk meirei no hyougen a. V-ru/V-nai ~ koto da Digunakan untuk menunjukkan anjuran dan perintah secara tidak langsung. Anjuran tersebut menunjukkan keadaan yang lebih baik atau yang lebih diinginkan dari keadaan sekarang. Pola ini termasuk ke dalam bahasa lisan. (99) 風邪をはやく治したいんだったら、あたたくしてゆっくり 寝ることだ。 Kaze o hayaku naoshitaindattara, atatakushite yukkuri neru kotoda. (Kalau ingin cepat sembuh dari flu, istirahatlah dengan baik.) (100) 子供にさわらせたくないというのなら、最初から手のとど くところにおかないことだ。 Kodomo ni sawarasetakunai to iu nara, saisho kara te no todoku tokoro ni okanaide koto da. (Kalau tidak ingin disentuh anak-anak, sejak awal jangan disimpan di tempat yang dapat dijangkau.) b. ~seraretai Dalam dokumen kantor sipil pola kalimat ini sama dengan ungkapan perintah pola “~ shinasai”. Secara tulisan merupakan ungkapan yang kaku. 31 (101) 何等かの変更がある場合は、すぐに届出られたい Nanraka no henkou ga aru baai wa, sugu ni todokederaretai. (Kalau ada perubahan segera laporkan.) c. ~ te kudasai Kalimat yang dibentuk menunjukkan ungkapan yang meminta atau memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu bagi pembicara. Pola ini digunakan kepada bawahan dan orang yang setingkat. (102) 今週中に履歴書を出してください。 Konsuuchuu ni rirekisho o dashite kudasai. (Kumpulkan biografi pada pertengahan minggu ini) d. ~ te kure Sama seperti pola “~ te kudasai”, pola kalimat ini pun memerintahkan orang lain agar melakukan sesuatu bagi pembicara. Hanya saja pola kalimat ini membentuk perintah yang lebih keras. Pola ini pun sering digunakan kepada bawahan maupun orang yang setingkat, namun jarang digunakan oleh wanita. (103) 人前でそんなこと言うのはやめてくれよ Hitomae de sonna koto iu nowa yamete kureyo. (Hentikanlah berbicara seperti itu di depan orang lain.) e. ~ naika Pola ini memerintahkan lawan bicara yang tidak melakukan suatu tindakan agar segera melakukan suatu tindakan. Biasanya digunakan dalam danseigo (ragam bahasa pria). (104) 早く起きないか。 Hayaku okinaika. (Cepatlah bangun.) 32 f. ~ nasai Menunjukkan perintah atau instruksi yang banyak digunakan oleh orang yang mempunyai posisi sebagai pengawas, seperti orang tua kepada anak atau guru kepada murid. Dalam hubungan lain seperti teman pun pola ini dapat digunakan. (105) 明日も学校があるんだから、早く寝なさい。 Ashita mo gakkou ga arundakara, hayaku nenasai. (Karena besok pun masih sekolah, cepatlah tidur.) g. ~ no Pola ini umumnya digunakan oleh wanita terhadap orang yang lebih rendah tingkatannya. Disertai intonasi yang datar atau nada yang menurun (ringan) ketika memberikan perintah atau larangan. (106) 明日は早いんだから、今晩は早く寝るの。 Ashita wa hayaindakara, konban wa hayaku neru no. (Karena besok (bangun) lebih awal, malam ini cepatlah tidur.) h. ~ beshi Di luar ungkapan yang lazim dipakai dalam bahasa Jepang sekarang, pola kalimat ini hampir jarang digunakan. Pola kalimat ini menunjukkan perintah yang berarti “harus melakukan hal yang sudah sewajarnya”. Pola ini adalah bahasa tulisan. (107) 後生おそるべし。 Goshou osorubeshi. (Kamu harus memikirkan akhirat.) i. V-ru/V-nai...koto Digunakan pada akhir kalimat, pola ini menunjukkan perintah yang berupa aturan atau petunjuk yang harus dipatuhi. 33 (108) 休むときは、かならず学校に連絡すること。 Yasumu toki wa, kanarazu gakkou ni renraku suru koto. (Hubungi sekolah sewaktu tidak masuk sekolah.) j. V-ru/V-nai... you (ni) Pola ini menunjukkan saran dan rekomendasi kepada lawan bicara. (109) 忘れないようにノートにメモしておこう。 Wasurenaiyouni nooto ni memo shite okou. (Agar tidak lupa tulislah memo dalam buku catatan.) k. ~ runda Pola ini menunjukkan petunjuk atau perintah. Biasanya digunakan dalam ragam bahasa pria. Jika dalam ragam bahasa wanita (joseigo) menjadi “~ ndesu” atau “no” (110) 呼ばれたら変事をするんだよ。 Yobaretara henji o surundayo. (Jawablah kalau (kamu) dipanggil.) 2. Pola kalimat pembentuk kinshi no hyougen a. koto wa naranai Pola kalimat yang berarti “jangan lakukan”. (111) あんな男と結婚することはならない。 Anna otoko to kekkon suru koto wa naranai. (Jangan menikah dengan laki-laki seperti itu.) b. ~ te wa ikenai Secara umum pola ini digunakan untuk kalimat larangan dan biasanya digunakan oleh laki-laki kepada bawahannya. (112) この場所に駐車してはいけない。 Kono basho ni chuusha shite wa ikenai. (Jangan parkir di tempat ini.) 34 c. ~ te wa dameda Digunakan oleh orang yang berposisi sebagai pengawas seperti guru, orang tua, manager dan lain-lain kepada orang yang diawasinya. Selanjutnya, pola ini dapat ditulis dengan perubahan bunyi dari “te wa” menjadi “cha” dan “de wa” menjadi “ja”. Pola “~te wa ikenai” pun dapat diubah bunyinya seperti di atas. (113) 「その花をとってはだめよ。」と姉が弟に言った。 “Sono hana o totta wa damedayo.” to ane ga otouto ni itta. (Kakak (perempuan) berkata kepada adik (laki-laki), “jangan memetik bunga”.) d. ~ te wa naranai Digunakan secara langsung kepada lawan bicara untuk mengungkapkan teguran dan melarang hal tertentu, namun dibatasi keadaan yang cukup khusus. (114) 一度や二度の失敗であきらめてはならない。 Ichido ya nido no shippai de akiramete wa naranai. (Jangan menyerah karena satu atau dua kali gagal.) e. ~ naide kure Digunakan untuk memohon agar tidak melakukan sesuatu seperti pola kalimat “~ naide kudasai”. (115) 冗談は言わないでくれよ。 Joudan wa iwanaide kureyo. (Jangan bercanda.) f. ~ no Pola kalimat ini sama dengan pola kalimat “~ no” untuk meirei. (116) 男の子はこんなことで泣かないの。 Otoko no ko wa konna koto de nakanai no. (Anak laki-laki jangan menangis karena hal seperti ini.) 35 g. bekarazu Bahasa tulis pola kalimat “bekidenai”. Tindakan yang dilakukan menunjukkan arti “tidak benar/tidak ingin/tidak baik”. (117) 落書きするべからず。 Rakugakisuru bekarazu. (Jangan mencorat-coret.) h. midari ni Kalimat yang dibentuk dengan pola ini mempunyai arti “jangan seenaknya meskipun tidak penting” atau “jangan seenaknya kalau tidak diizinkan”. Dalam pola bahasa lisan untuk penggunaan sehari-hari, pola yang sering digunakan adalah “katte ni ~ shinaide kudasai”. namun untuk bahasa tulisan menjadi ungkapan yang kaku. (118) みだりに動物にえさを与えないでください。 Midari ni doubutsu ni esa o ataenaide kudasai. (Jangan seenaknya memberi makanan kepada hewan.) i. Muyami ni Pola kalimat yang membentuk kalimat yang menunjukkan suatu sikap yang tidak memikirkan bagaimana akibat perbuatannya. (119) 人の物にむやみにさわらないほうがいい。 Hito no mono ni muyami ni sawaranai houga ii. (Sebaiknya jangan menyentuh barang orang sembarangan.) j. ~ runjanai Pola ini adalah bahasa lisan dan diungkapkan dengan intonasi yang menurun. Banyak digunakan sebagai bahasa pria. Untuk bahasa wanita menggunakan “~n ja arimasen”. 36 (120) そんなところで遊ぶんじゃない。 Sonna tokoro de asobunjanai. (Jangan bermain di tempat seperti itu.) D. Drama Di Jepang terdapat berbagai macam tayangan televisi seperti anime (kartun), dorama (drama) dan tokusatsu (special effect/superhero) yang tidak hanya terkenal di Jepang saja, namun juga memiliki penggemar fanatik di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Salah satu tayangan yang sudah tidak asing di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya bagi pencinta tayangan Jepang adalah dorama atau drama. Dorama (ドラマ ) atau drama jepang adalah serial televisi yang disiarkan di Jepang. Dorama memiliki berbagai macam jalan cerita seperti kehidupan sekolah, komedi, misteri, kisah detektif dan lain-lain (http://en.wikipedia.org/wiki/Dorama.html). Di negeri asalnya, drama biasa ditayangkan pada malam hari pada pukul 21.00, 22.00, atau 23.00. Namun, ada juga drama yang ditayangkan pada siang hari yang disebut dengan asadora. Drama yang ditayangkan pada malam hari biasanya ditayangkan seminggu sekali dengan masa tayang sekitar 3 bulan, terdiri dari 9 – 12 episode. Hal tersebut mengikuti 4 musim di Jepang, yaitu musim dingin (Januari - Maret), musim semi (April - Juni), musim panas (Juli - September) dan musim gugur (Oktober - Desember). Pada setiap musim biasanya ditayangkan judul dorama yang baru. Untuk menentukan sukses atau tidaknya sebuah dorama, biasanya dilakukan survey yang kemudian disajikan dalam bentuk rating. Rating 37 dihitung berdasarkan jumlah penonton drama dibagi dengan jumlah pemirsa tv pada umumnya. Untuk tayangan malam hari, jumlah pemirsa tv lebih banyak dari siang hari, oleh karena itu untuk drama yang ditayangkan pada malam hari rating diatas 17% sudah dapat dikategorikan sukses. Sampai saat ini peraih rating tertinggi untuk drama adalah Oshin (52,6%). Perolehan rating tersebut sangat penting untuk tujuan komersil. Oleh karena itu, stasiun TV Jepang seperti NTV, Fuji TV, NHK, TV Tokyo, TV Asahi, dan TBS saling bersaing untuk mendapatkan rating tinggi atas drama yang mereka putar. Beberapa drama Jepang juga sempat ditayangkan di stasiun televisi Indonesia sejak awal tahun 1990. Salah satu judul yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah Oshin yang pada saat itu ditayangkan di stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI). Setelah itu, beberapa judul seperti Tokyo Love Story, Beach Boys, GTO, Itazurana Kiss, One Littre of Tears dan lain sebagainya sempat ditayangkan di satsiun televisi Indonesia. Dengan maraknya peredaran VCD dan DVD baik itu original maupun bajakan, drama Jepang menjadi lebih mudah didapatkan. Selain itu, saat ini banyak orang yang memunggah drama Jepang melalui internet. Sehingga memberikan kemudahan kepada orang lain untuk mendapatkan drama dengan cara menggunduhnya kembali. Walau demikian, beberapa hal di atas sampai saat ini masih bertentangan dengan undang-undang dan hukum yang berlaku, khususnya tentang pelanggaran hak cipta. Namun dari sisi lain, kemudahan mendapatkan drama tersebut memberikan suatu alternatif bagi pembelajaran 38 bahasa Jepang. Sehingga saat ini untuk mempelajari bahasa maupun budaya Jepang dapat dilakukan dengan mempelajarinya dari tayangan seperti drama. E. My Boss My Hero My Boss My Hero adalah drama yang ditayangkan di NTV pada 8 Juli 2006 – 16 September 2006. Drama ini bertemakan kehidupan sekolah yang dibalut dengan komedi yang segar dan menghibur. Drama ini terdiri dari 10 episode dengan perolehan rating 18,91%. My Boss My Hero merupakan adaptasi dari film Korea Selatan yang berjudul Doosabu Ilchae yang ditayangkan pada tahun 2001. Hal ini bisa dilihat dari kemiripan cerita dan peritiwa yang ada antara kedua drama tersebut. Walau begitu, Doosabu Ilchae dapat diadaptasi dengan baik dan menyesuaikan cerita dengan budaya Yakuza Jepang dan terlahir kembali sebagai My Boss My Hero. Drama ini bercerita tentang kehidupan seorang calon pewaris kepemimpinan kelompok Yakuza “Kantou Eigekai” yang bernama Sakaki Makio (diperankan oleh Tomoya Nagase). Kantou Eigekai adalah kelompok Yakuza yang daerah kekuasaannya tersebar hingga ke Hokkaido. Makio jago beladiri, suka berkelahi, memiliki karisma seorang pemimpin dan disegani anak buahnya. Hanya satu kekurangannya, yaitu tidak bisa berpikir secara serius lebih dari 90 detik. Karena kelemahannya itu, dia menggagalkan transaksi besar dengan mafia Hongkong dan terancam dicopot dari posisinya sebagai calon pemimpin. Oleh karena itu, ayahnya mengirim Makio kembali ke sekolah untuk menamatkan SMA dan mendapatkan ijazah. 39 Kemudian cerita berlanjut ke keidupan Makio di sekolah, yaitu di sekolah Saint Agnes. Karena ia tidak pernah mengenyam pendidikan di SMA, tentu saja ia harus menyesuaikan diri dengan kehidupan sekolah. Dengan usianya yang sudah mencapai 27 tahun, ia harus bergaul dengan anak-anak SMA dan kembali menjadi siswa yang berusia 17 tahun. Awalnya ia memang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan berinteraksi dengan guru dan teman-temannya. Namun, lambat laun ia mulai dapat belajar dan memahami arti dari kehidupan SMA seperti semangat masa muda, persahabatan, cinta dan lain-lain. Konflik mulai muncul ketika adiknya, Sakaki Mikio (diperankan oleh Kikawada Masaya) muncul dan mengancam posisinya sebagai calon pemimpin Kantou Eigekai. Tidak berhenti sampai di situ, ancaman dari kelompok Kumada, kelompok Yakuza lawan Makio pun muncul dan memaksanya untuk menunjukkan jati dirinya yang asli di depan guru dan teman sekelasnya. Meskipun pada akirnya ia gagal mendapatkan ijazah SMA karena insiden tersebut, ia tetap diberi penghargaan oleh wali kelas dan teman-temannya. Dengan menonton drama ini pemirsa tidak hanya disuguhi dengan tayangan yang menghibur. Terutama bagi pembelajar bahasa Jepang, drama ini dapat menjadi media dalam mempelajari budaya dan bahasa Jepang. Selain itu, pesan moral yang terkandung dalam drama ini pun dapat menjadi inspirasi positif bagi orang yang menontonnya. Seperti arti pentingnya 40 persahabatan dan yang tidak kalah pentingnya adalah pentingnya pendidikan bagi kehidupan seorang individu. 41